Suatu hari salah satu sanak keluarga Anda atau teman Anda atau bahkan
saudara kandung Anda yang saya sebut saja sebagai pihak yang
berkepentingan, mendatangi Anda atau menelepon Anda untuk meminjam uang
dengan 1001 macam alasan. Kebetulan Anda punya simpanan tapi uang
tersebut ditabung untuk membayar uang pangkal sekolah anak Anda yang
akan Anda gunakan beberapa bulan mendatang. Anda jelaskan bahwa Anda
butuh uang tersebut pada tanggal tertentu. Pihak yang berkepentingan
tersebut segera berjanji untuk mengembalikan tepat pada waktunya. Apa
jawab Anda?

Saya percaya bahwa peristiwa semacam itu sering terjadi dan biasanya
berakhir mengecewakan. Pihak yang berkepentingan ternyata tidak
mengembalikan uangnya pada waktu yang dijanjikan, tidak mengembalikan
sama sekali, atau mengembalikan sebagian kecil setelah Anda menagihnya
seperti Anda justru yang sedang berhutang kepadanya.
Ingatlah
kasus yang saya kemukakan di sini: Anda punya tabungan untuk suatu
tujuan bukan sekadar uang ekstra. Biasanya kita mengalah kepada keluh
kesah pihak yang berkepentingan disebabkan oleh rasa bersalah kalau
tidak membantu. Sebenarnya apakah kita bersalah bila tidak membiarkan
orang lain membelanjakan uang yang kita tabung untuk tujuan tertentu?
Apakah kita sesungguhnya sudah tidak memiliki hak atas uang tersebut
bila kita sudah menetapkan tujuan uang yang disisihkan tersebut? Dengan
kata lain, apakah kita masih memiliki uang yang sudah kita tetapkan
untuk tujuan tertentu tersebut?
Setelah memiliki berbagai
pengalaman pahit dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti itu
berpuluh-puluh kali dalam berpuluh-puluh tahun, akhirnya saya
menetapkan: Saya tidak akan meminjamkan uang kepada siapa pun, tetapi
akan memberi kepada pihak yang berkepentingan sejauh kemampuan saya.
Keputusan tersebut diambil berdasarkan pemikiran sebagai berikut:
-Memahami anggaran belanja
Setiap keluarga hendaknya membuat anggaran belanja. Penghasilan yang
Anda terima dari kerja tidak seluruhnya milik Anda. Sebagian dari uang
yang dianggarkan untuk membayar cicilan rumah adalah milik bank KPR.
Uang yang dianggarkan untuk belanja kebutuhan dapur adalah milik para
pedagang di pasar atau super market. Uang yang dianggarkan untuk
membayar rekening listrik adalah milik PLN, dan seterusnya. Anda tidak
berhak membelanjakan uang tersebut lagi, karena uang itu tidak lagi
menjadi milik Anda meskipun uang itu adalah hasil kerja Anda sendiri.
Jadi, sekali lagi, uang yang sudah dianggarkan untuk tujuan tertentu
bukan milik Anda lagi!
-Memahami pihak yang berkepentingan
Pihak yang berkepentingan tidak akan mendekati atau menelepon Anda untuk
meminjam uang untuk alasan apa pun, apabila dia atau mereka tidak
sedang kepepet. Saya tidak memasukan penipu ke dalam pembahasan ini,
karena itu masalah lain. Jadi, orang yang sudah terjepit oleh suatu
keadaan tersebut biasanya tidak dapat berpikir dengan terang, karena dia
mungkin sudah kehilangan 'harga diri'nya. Dia atau mereka akan berjanji
apa pun untuk menyenangkan Anda asalkan akhirnya uang Anda jatuh ke
tangannya. Jadi, janjinya untuk membayar kembali hampir selalu tidak
benar. Pihak yang berkepentingan ini mungkin saudara kandung atau teman
akrab Anda. Bila dia gagal memenuhi janjinya, maka persaudaraan atau
persahabatan Anda akan berakhir atau lebih buruk lagi menjadi musuh
Anda.
-Mengurangi rasa bersalah
Bila berurusan dengan uang, sikap kita adalah segalanya. Uang hasil
kerja Anda adalah hak Anda. Orang lain tidak akan dapat membelanjakan
uang Anda kecuali Anda mengizinkannya. Oleh karena itu jangan
segan-segan mengatakan 'tidak'. Sejauh Anda mengatakan 'tidak', maka
uang Anda akan tetap menjadi milik Anda dan memang harus demikian.
Sejauh pengalaman saya 'penolakan' demikian tidak akan merusak
persahabatan atau persaudaraan Anda. Kalaupun penolakan tersebut
menyebabkan putusnya persahabatan atau persaudaraan Anda, maka Anda
dapat menilai sendiri watak teman atau saudara Anda tersebut. Tentu Anda
tidak ingin bersahabat atau bersaudara dengan mereka yang hanya ingin
memanfaatkan Anda bukan? Di samping itu, biasanya Anda sungguh-sungguh
tidak memiliki uang seperti yang dimintanya, kecuali Anda menguras
tabungan dengan tujuan Anda atau anggaran belanja Anda. Bila itu yang
Anda lakukan, maka justru Anda nanti yang akan mencari hutang untuk
menutupnya.
- Tabungan Khusus
Bila memang memungkinkan, maka hendaknya Anda membuka rekening terpisah
untuk tabungan menghadapi kasus-kasus demikian, sehingga bila ada orang
yang perkepentingan datang kepada Anda dan saldo dalam tabungan tersebut
memadai, maka dengan senang hati Anda memberikan uang tersebut, sekali
lagi, bukan meminjamkan, karena meminjamkan berarti Anda masih
mengharapkan uang tersebut kembali.
-Menggunakan sumber keluarga
Bila orang yang berkepentingan itu adalah saudara Anda dan masalahnya
memang benar, maka tidak ada salahnya mengumpulkan seluruh anggota
keluarga untuk membahasnya dan meminta mereka masing-masing ikut
berbagi. Namun demikian, semua hendaknya diingatkan bahwa ini bukan
meminjamkan tetapi memberikan. Biasanya masalah keuangan salah satu
anggota keluarga dapat teratasi. Kalaupun tidak mungkin, paling sedikit
orang yang berkepentingan tahu bahwa ada usaha sungguh-sungguh untuk
membantunya.
Masalah pinjam meminjamkan uang sering berakhir
dengan permusuhan. Agar hidup Anda damai dan orang lain tidak mengganggu
Anda dengan masalah pribadi mereka, maka jadikanlah 'hukum': Jangan
meminjamkan tetapi memberikan, menjadi pedoman Anda dalam soal keuangan
Anda. 'Hukum' ini menjadi Perintah Kesebelas bagi saya.
Inilah Tipsnya jika anda ingin hidup tentram...Terapkan tips-tips berikut ini, semoga hidup kita tentram.. Amin ya Allah